MUKJIZAT NABI SHALIH
Seperti
kaum Aad. Ternyata bangsa Tsamud menyembah berhala. Mereka juga suka
mengerjakan dosa, kemaksiatan, dan kedurhakaan.
Allah
mengutus Nabi Shalih ke tengah-tengah mereka. Berkata Nabi Shalih kepada
kaumnya: “Hai kaumku, sembahlah Allah. Tidak ada Tuhan selain Dia. Janganlah
kamu menyekutukan-Nya dengan sesembahan lain. Allah telah menciptakan kamu dari
tanah. Dialah yang menjadikanmu bisa membangun dengan menyediakan
sarana-sarananya. Maka sudah selayaknya kalian memohon ampun atas perbuatan
dosa kalian. Bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat
dekat(rahmat-Nya) dan memerkenankan do’a hamba-Nya.
Namun
kaum Tsamud tidak menghiraukan ajakan Nabi Shalih. Mereka bahkan mendustakan
Nabi Shalih dan menganggap Nabi Shalih sebagai pembual belaka.
Bagi
Nabi Shalih, dakwah adalah tugasnya. Ia tidak mengharapkan upah dari kaumnya.
Ia hanya menyampaikan. Maka tanpa putus asa, dengan sabar dan telaten ia tetap
melancarkan dakwah untuk menyembah Allah dan meninggalkan kekufuran.
Nabi
Shalih dituntut kaumnya mengeluarkan mukjizat. Jika Nabi Shalih giat
melaksanakan dakwah, kaum Tsamud juga giat berusaha untuk memalingkan perhatian
umat dari Nabi Shalih. Mereka mencari berbagai upaya agar Nabi Shalih
diremehkan seluruh bangsa Tsamud.
Pada
suatu hari kaum Tsamud menemui Nabi Shalih.
“Hai
Shalih, kalau engkau memang benar seorang nabi. Maka datangkanlah suatu
keajaiban. Jika engkau tidak bisa mengeluarkan mukjizat berarti kau seorang
pembohong.” Demikian kata kaum Tsamud.
Menghadapi
tuntutan demikian tak ada jalan lain bagi Nabi Shalih kecuali memohon kepada
Allah agar memberikan mukjizat kepadanya.
Allah
mengabulkan do’a Nabi Shalih. Pada suatu hari Nabi Shalih mengajak kaumnya
untuk pergi mendaki gunung. Orang-orang kafir itu mengikuti Nabi Shalih. Bukan
karena memercayai Nabi Shalih melainkan berharap agar Nabi Shalih tak bisa
mengeluarkan mukjizat. Dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina
Nabi Shalih.
Tetapi
betapa terkejut orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di
kaki gunung. Tampaklah seekor unta betina yang bagus rupanya. Unta itu besar
dan gemuk. Belum pernah mereka melihat unta sebagus itu. Tetek unta itu penuh
dengan susu.
Nabi
Shalih berpesan kepada umatnya: “Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini
boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi
perhatikan pesanku ini. Unta ini harus dibiarkan bebas berkeliaran, tidak
seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini juga berhak meminum air sumur
bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum maka tak seorang pun
dari penduduk boleh mengambil air sumur dan si unta tidak minum air itu sedikit
pun jua.
Kaum
Tsamud setuju dengan perjanjian itu. Hari itu pula unta mukjizat langsung
menuju sumur dan meminum airnya. Para penduduk segera mengambil tempat susu dan
memeras susu unta itu bergantian.
Sejak
munculnya unta yang membawa berkah air susu, masyarakat dari orang-orang yang
beriman bertambah kuat dan tebal imannya. Sedangkan orang-orang kafir semakin
iri dan menaruh dendam kepada Nabi Shalih. Mereka tetap berusaha mematahkan
dakwah yang dilancarkan Nabi Shalih.
Orang-orang
kafir itu kemudian mengadakan sayembara. Siapa yang berani membunuh unta Nabi
Shalih maka mereka akan dapat hadiah berupa gadis cantik.
Tersebutlah,
dua orang pemuda nekat mengikuti sayembara itu. Mereka sudah sepakat akan
menikmati hadiah perempuan cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat ini.
Demikianlah, ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk salah
seorang dari pembunuh kejam itu melepaslan anak panah. Tepat mengenai kaki
unta. Unta itu berlari kesakitan, namun seorang lagi yand sudah siap dengan
golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta dan
otomatis memeroleh hadiah perempuan cantik.
Setelah
unta itu mati orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan beraninya menantang
Nabi Shalih, “Hai Shalih, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami
bunuh. Kenapa tidak ada balas siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah tentunya
kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!”
Berkata
Nabi Shalih, “Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh
bersenang-senang selama tiga hari. Sesudah lewat tiga hari, maka datanglah
ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu.”
Waktu
tiga hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertaubat
dan menyadari kesalahannya. Tapi mereka malah mengejek Nabi Shalih. Mereka
menganggap Nabi Shalih hanya pembual belaka.
Belum
sampai tiga hari mereka datang lagi kepada Nabi Shalih dan berkata, “Hai
Shalih, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?”
Berkata
Nabi Shalih, “Wahai kaumku. Mengapa kau minta segera datangnya siksa bukan
kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah? Mudah-mudahan kamu diberi
ampun.”
Diam-diam
orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Shalih selalu terbukti
kenyataannya. Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka. Maka
untuk mencegah datangnya siksa itu. Sehari sebelum waktu yang dijanjikan habis,
mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Shalih agar siksa
itu tak jadi diturunkan. Sungguh keji dan busuk rencana mereka.
Tetapi
Allah melindungi hamba-Nya yang benar. Nabi Shalih diselamatkan dari rencana
pembunuhan yang keji itu.
Esok
harinya terjadilah peristiwa yang mengerikan itu. Bangsa Tsamud disambar petir
yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas
kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan
memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar.
Tidak
ada seorang pun dari kaum yang ingkar itu ada yang selamat. Hanya Nabi Shalih
dan para pengikutnya saja terhindar dari malapetaka.
Musnah
sudah suatu peradaban tinggi dari bangsa yang kuat dan perkasa. Rumah, tempat
tinggal, harta, dan hewan peliharaan mereka benar-benar telah hancur total. Itulah
adzab bagi kaum yang durhaka.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, tinggalkan komentar yaa