Saturday, May 1, 2021

Pemeriksaan Kimia dalam Urinalisis

 Pemeriksaan Kimia dalam Urinalisis

A. Metode Carik Celup

Pemeriksaan kimia urin menggunakan carik celup meliputi glukosa, bilirubin, keton, protein, urobilinogen dan nitrit. Sedangkan pemeriksaan  pH, specific gravity, leukosit dan blood (eritrosit) dibahas terpisah pada pemeriksaan fisika dan biologi urin.

1.   Glukosa

Glukosa merupakan bagian dari filtrat glomerular yang di reabsorpsi kembali di tubulus contortus proksimal. Jika kadar glukosa melebihi kapasitas reabsorpsi tubulus maka glukosa akan muncul di urin. Glukosa direabsorpsi dengan transpor aktif untuk mempertahankan kadar glukosa yang adekuat di darah. Kadar glukosa darah yang merupakan ambang reabsorpsi tubulus berkisar antara 160 and 180 mg/dL (9–10 mmol/L).

Nilai referensi normal glukosa dalam urin pada sampel urin acak adalah negatif. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada praktikum. Dari hasil pemeriksaan didapatkan glukosa negatif.

2.  Keton

Keton yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak dan trigliserida, utamanya terdiri dari tiga senyawa: acetone, -hydroxybutyric acid, dan acetoacetic acid. Senyawa kedua terakhir dengan mudah diubah menjadi aseton, sehingga merupakan senyawa utama yang diuji.

Pada orang sehat, keton dibentuk di hati dan secara total dimetabolisme sehingga terdpat dalam urin dalam jumlah yang dapat diabaikan. Tetapi, saat metabolisme karbohidrat berubah, jumlah berlebihan keton terbentuk karena lemak menjadi bahan bakar tubuh yang utama. Hal ini menjadikan terdapatnya kelebihan keton dalam urin dihubungkan dengan kejadian diabetes dan perubahan metabolisme kerbohidrat.

Nilai referensi normal keton pada sampel urin acak adalah negatif (0.3 mg/dL or 0.05 mmol/L). Hal ini berbeda dengan hasil yang didapatkan pada praktikum. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar keton ±5 mg/dL (0,5 mmol/L), artinya terdapat peningkatan ekskresi keton dalam urin.

Peningkatan kadar keton dalam urin dapat disebabkan situasi berikut:

a.  Kondisi metabolik seperti: diabetes melitus, glikosuria renal, glycogen storage disease.

b.  Kondisi diet seperti: kelaparan, puasa, diet tinggi lemak, muntah berkepanjangan, diare, anoreksia, diet rendah karbohidrat, eklampsia

c.   Peningkayan keadaan metabolik seperti hipertiroid, demam, hamil atau menyusui

d.  Pada orang nondiabetes, ketonuria sering terjadi selama penyakit akut, stres berat, atau olahraga berat.

e.  Anak-anak cenderung rentan berkembang menjadi ketonuria dan ketosis.

f.  Ketonuria terjadi setelah anestesi

g.  Faktor pengganggu yang dapat menyebabkan hasil tes carik celup menjadi false positive: penggunaan obat-obatan seperti levodopa, phenotiazine, ether, insulin, isopropyl alcohol, metformin, penicillamine, phenazopyridine dan captopril.

3.  Bilirubin

Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin di limpa dan hati, kemudian ditranspor ke hati. Kadar bilirubin urin meningkat secara signifikan jika terdapat proses penyakit yang meningkatkan jumlah bilirubin terkonjugasi di darah.

Nilai referensi normal bilirubin dalam urin adalah negatif (0–0.02 mg/dL or 0–0.34 µmol/L). Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada praktikum.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar bilirubin negatif.

4. Urobilinogen

Urobilinogen merupakan hasil pengubahan bilirubin oleh enzim bakteri di usus halus. Sebagian dari urobilinogen yang terbentuk di usu halus akan diekskresi di fese, dimana akan dioksidasi menjadi urobilin, sebagian lainnya akan diabsorpsi melalui sirkulasi portal dan dibawa ke hati, dimana urobilinogen dimetabolisme dan  dan diekskresikan di empedu. Beberapa urobilinogen di darah akan dibawa ke ginjal dan diekskresikan di urin.

Nilai referensi normal urobilinogen pada sampel urin acak adalah <1 mg/dL. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada praktikum. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar urobilinogen 0,2 mg/dL (3,5 µmol/L)

Berikut ini disajikan tabel mengenai perbandingan nilai bilirubin dan urobilinogen urin.

5.  Protein

Adanya peningkatan jumlah protein di urin dapat menjadi indikator penting untuk penyakit ginjal. Namun, terdapat juga kondisi fisiologis yang dapat mengarah pada peningkatan ekskresi protein di urin contohnya adalah latihan dan demam.

Nilai referensi normal protein pada sampel urin acak adalah negatif. Hal ini berbeda dengan hasil yang didapatkan pada praktikum. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar protein ±15 mg/dL (0,15 g/L), artinya terdpat peningkatan kadar protein di urin.

Perbedaan ini dapat terjadi karena kondisi-kondisi berikut ini.

a.  Kondisi patologis yang dapat menyebabkan proteinuria adalah sebagai berikut:

1)   Kerusakan glomerular, antara lain: glomerulonefritis akut dan kronik, lupus eritematosus sistemimk, hipertensi malignan, amiloidosis, diabetes melitus, sindrom nefrotik, dan penyakit ginjal polikistik.

2) Kelainan absorpsi tubulus, antara lain: pennyakit ginjal tubular, pyelonefritis akut dan kronik, cystinosis, Wilson’s disease, Fanconi’s syndrome dan nefritis interstisial.

b.  Faktor lain yang dapat mengganggu hasil, seperti:

1)   Proteinuria fungsional, ringan dan transien yang disebabkan oleh vasokonstriksi renal:

-          Olahraga berat yang mengarah pada nilai protein urin mencapai 300mg/24 jam.

-          Kejang dan tekanan emosional yang berat

-          Mandi air dingin, paparan pada suhu yang sangat dingin

2) Peningkatan protein di urin yang terjadi pada keadaan tidak berbahaya:

-          Demam dan dehidrasi

-          Alergi makanan non immunoglobulin E

-          Terapi salisilat

-          Periode premenstruasi

3) Proteinuria asidental atau palsu dapat terjadi akibat campuran dengan pus dan sel darah merah di traktus urinarius yang terkait dengan infeksi, discharge  menstrual atau vaginal, mukus atau semen.

4) False negative akibat penggunaan dan interpretasi warna tes strip yang tidak benar, urin basa.

6.  Nitrit

Uji ini digunakan untuk mendeteksi bakteri di urin. Bakteri gram negatif mengandung enzim yang mereduksi nitrat di dalam urin menjadi nitrit.

Nilai referensi normal nitrit dalam urin adalah negatif. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan pada praktikum. Dari hasil pemeriksaan didapatkan kadar nitrit negatif.

Berikut ini disajikan tabel mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari carik celup, baik itu false positif maupun false negatif, serta keterkaitannya dengan pemeriksaan lain.

B.  Metode Benedict

Dari pemeriksaan kadar gula dengan menggunakan metode Benedict didapatkan warna cairan agak hijau dengan sedikit keruh. Hasil ini sesuai dengan tes dipstick dan nilai referensi normal untuk glukosa, yaitu negatif. Dengan metode Benefict, hasil negatif ditandai dengan warna biru jernih atau agak hijau sedikit keruh pada sampel.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung, tinggalkan komentar yaa