HEMOSTASIS
Hemostasis adalah mekanisme
yang terjadi pada pembuluh darah yang rusak dengan tujuan untuk menghentikan
perdarahan sehingga mencegah hilangnya lebih banyak darah (Hall, 2011;
Sherwood, 2012; Murray et al, 2012;
Shier, Butler, dan Lewis, 2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Pada umumnya
hemostasis terjadi melalui beberapa tahapan: (1) kontraksi pembuluh darah, (2)
sumbat trombosit, (3) pembentukan jaringan ikat, dan (4) penghancuran bekuan
darah (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et
al, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009)
Sel darah yang paling
berperan dalam hemostasis adalah trombosit (platelet) (Hall, 2011; Sherwood,
2012; Scanlon dan Sanders, 2007). Trombosit tidak seperti sel lainnya karena
tidak memiliki inti sel, tetapi masih memiliki organel dan enzim sitosol yang
berfungsi untuk memproduksi ATP dan produksi sekretorik, produk sekretorik ini
disimpan dalam granula trombosit yang nantinya akan berperan dalam hemostasis
(Sherwood, 2012). Trombosit juga memiliki protein kontraktil berupa aktin,
miosin, dan trombostenin yang membantu trombosit untuk berkontraksi (Hall, 2011;
Sherwood, 2012).
Kontraksi
Pembuluh Darah
Saat pembuluh darah
mengalami ruptur, tubuh akan memulai mekanisme kontraksi pembuluh darah (Hall,
2011; Sherwood, 2012). Kontraksi pembuluh darah yang melibatkan otot polos
vaskular akan menyebabkan penyempitan pembuluh atau vasokonstriksi, sehingga
aliran darah yang melalui pembuluh berkurang (Hall, 2011; Sherwood 2012; Murray
et al, 2012). Kontraksi pembuluh
darah disebabkan oleh tiga faktor: (1) Spasme miogenik lokal, (2) faktor
autakoid lokal dari sel yang terkena trauma dan trombosit (3) dapat pula
disebabkan oleh adanya refleks saraf (Hall, 2011).
Secara umum, vasokonstriksi
pada pembuluh kecil dapat terjadi akibat dilepaskannya suatu substansi
vasokonstriktor oleh trombosit, yaitu tromboksan A2 (Hall, 2011). Kemudian, spasme miogenik lokal disebabkan
oleh rusaknya dinding pembuluh darah (Hall, 2011; Shier, Butler, dan Lewis,
2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Di sisi lain, sel-sel endotel di tempat
cedera juga mengeluarkan parakrin yang nantinya akan menyebabkan vasokonstriksi
ini (Hall, 2012). Selain itu, platelet juga melepaskan serotonin yang dapat
menyebabkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah (Shier, Butler, dan Lewis,
2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Sedangkan, beberapa refleks saraf nyeri dan
saraf sensorik lainnya dapat juga memicu respons berupa vasokonstriksi (Hall, 2011).
Jika pembuluh darah tidak berkontriksi sebelumnya, maka bekuan yang terbentuk
akan segera rusak akibat tekanan yang besar dari dalam pembuluh (Scanlon dan
Sanders, 2007). Namun, pembuluh kapiler tidak mengalami konstriksi karena tidak
memiliki otot polos (Scanlon dan Sanders, 2007). Bagaimana pun juga, konstriksi
pembuluh darah tidak dapat sepenuhnya menghentikan pendarahan, sehingga
diperlukan mekanisme hemostasis selanjutnya (Sherwood, 2012).
Sumbat
Trombosit
Pada
keadaan normal, trombosit tidak melekat pada sel endotel pembuluh darah
dikarenakan sifat endotel yang licin (Hall, 2011; Sherwood, 2012) dan adanya
lapisan glikoprotein pada trombosit yang mencegah melekatnya sel ini pada
endotel (Hall, 2011).
Mekanisme
sumbat trombosit terdiri dari tiga tahap: (1) Adhesi, (2) aktivasi, dan (3)
agregasi (Hall, 2011; Murray et al,
2012). Mekanisme ini diawali oleh adanya kerusakan pada sel endotel atau
pembuluh darah, sehingga kolagen terpajan, sejenis protein plasma yang disebut
faktor von Willebrand akan melekat ke kolagen yang terpajan tersebut (Sherwood,
2012). Faktor von Willebrand merupakan protein plasma yang selalu ada di aliran
darah, protein ini disekresi oleh megakariosit, trombosit, dan sel endotel
(Sherwood, 2012). Trombosit yang melintasi pembuluh akan melekat pada faktor
von Willebrand dikarenakan trombosit memiliki reseptor yang komplementer dengan
protein ini, proses ini dinamakan adhesi (Sherwood, 2012; Murray et al, 2012).
Trombosit
yang telah melekat pada kolagen segera teraktivasi (Hall, 2011; Sherwood,
2012). Trombosit yang belum teraktivasi pada awalnya berbentuk cakram sferis
(Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al,
2012; Scanlon dan Sanders, 2007), namun setelah
teraktivasi trombosit membesar, berbentuk tidak beraturan dengan
tonjolan-tonjolan di permukaannya (tonjolan ini juga memudahkan perlekatan
trombosit pada kolagen atau sesama trombosit) akibat kontraksi protein
kontraktil aktin begitu juga pelepasan granula trombosit yang berisi berbagai
faktor aktif, pelepasan granula juga distimulasi oleh trombin (Hall, 2011;
Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Scanlon
dan Sanders, 2007). Salah satu jenis senyawa yang terdapat dalam granula
trombosit adalah adenosin difosfat (ADP),
ADP membuat permukaan trombosit di sekitarnya menjadi lebih lekat, sehingga
memicu melekatnya trombosit lain dari aliran darah pada trombosit lain yang
telah aktif, peristiwa ini disebut agregasi (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray
et al, 2012). Trombosit yang baru
beragregasi kemudian teraktivasi kemudian menyekresi lebih banyak ADP sehingga
mekanisme ini terus berlangsung melalui mekanisme umpan balik positif sampai
terbentuknya sumbat trombosit (Hall,
2011; Sherwood, 2012). Sumbat trombosit ini bersifat sementara dan longgar
(Hall, 2011; Murray et al, 2012).
Sumbat platelet efektif untuk menutup ruptur pada pembuluh darah kecil, yaitu
kapiler, akan tetapi pada pembuluh yang lebih besar seperti arteri dan vena,
sumbat platelet akan segera rusak oleh tekanan jika tidak diperkuat oleh adanya
bekuan darah (Scanlon dan Sanders, 2007). ADP juga menstimulasi pembentukan
parakrin yang mirip prostaglandin dari membran plasma trombosit, tromboksan A2
(Sherwood, 2012). Senyawa ini merangsang agregasi juga menstimulasi kembali
pembentukan ADP pada granula trombosit (Sherwood, 2012).
Selain
menstimulasi pembentukan tromboksan A2, ADP juga merangsang sekresi
prostasiklin dan nitrat oksida dari sel endotel sekitar yang normal (Sherwood,
2012; Murray et al, 2012).
Prostasiklin dan nitrat oksida ini bersifat mencegah adhesi ataupun agregasi
pada sel endotel normal, sehingga sumbat platelet tidak menyebar (Sherwood,
2012).
Pembekuan
Darah
Pembekuan darah merupakan perubahan darah dari cair menjadi gel
padat untuk menopang dan memperkuat sumbat trombosit (Sherwood, 2012). Pada
umumnya pembekuan terjadi melalui tiga tahapan: (1) pembentukan aktivator
protrombin melalui jalur intrinsik maupun ekstrinsik, (2) aktivasi protrombin
oleh trombin, (3) perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin berikatan
silang (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et
al, 2012)
Pembentukan Aktivator Protrombin
Aktivator protrombin disebut juga protombinase, karena merupakan
enzim yang substratnya adalah protrombin (Scanlon dan Sanders, 2007). Pembentukan
aktivator protrombin dapat terjadi melalui dua jalur yang pada kenyataannya
dapat berinteraksi satu-sama lain, yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik (Hall,
2011; Sherwood, 2012; Murray
et al, 2012). Jalur ektrinsik teraktivasi saat terjadi trauma pada dinding
pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan,oleh sebab itu mekaninsme
ekstrinsik ini membekukan darah yang keluar dari jaringan sebelum pembuluh
darah yang ruptur tertambal (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Sedangkan jalur intrinsik
teraktivasi jika terjadi trauma pada darah, salah satunya adalah kontaknya
darah dengan sel endotel yang rusak dan kolagen dari jaringan di luarnya,
mekanisme ini mengehentikan perdarahan di dalam pembuluh yang cedera (Hall,
2011; Sherwood, 2012)
Jalur Ekstrinsik
- Begitu pembuluh darah mengalami cedera atau ruptur, jaringan yang cedera akan mengeluarkan tromboplastin atau yang biasa disebut faktor jaringan (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009). Faktor jaringan ini terdiri dari fosfolipid dan lipoprotein sebagai enzim proteolitik (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
- Faktor jaringan mengaktivasi faktor VII kemudian bersama-sama faktor VIIa dan ion kalsium kemudian mengaktivasi faktor X (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Faktor jaringan berfungsi sebagai kofaktor bagi faktor VIIa untuk meningkatkan aktivitas enzimatiknya (Murray et al, 2012).
- Faktor Xa, faktor Va, dan faktor jaringan dan ion kalsium bersama-sama membentuk aktivator protrombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Faktor Xa berfungsi sebagai enzim protease yang dapat memecah protrombin menjadi trombin, faktor Va mempercepat reaksi ini, dan fosfolipif pada aktivator protrombin berfungsi sebagai pengangkut (Hall, 2011).
Jalur
Intrinsik untuk Memulai Pembekuan
- Trauma pada darah atau terkontaknya darah pada kolagen dari jaringan sekitarnya menyebabkan teraktivasinya faktor XII dan dilepaskannya fosfolipid trombosit (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Aktivasi ini melibatkan proteolisi faktor XII oleh kalikrein (Murray et al, 2012)
- Faktor XIIa mengaktivasi faktor XI dengan bantuan kininogen HMW dan dipercepat oleh prekalikrein (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Kalikrein pada tahap pertama menyerang prakalikrein untuk menghasilkan kalikrein lain sehingga terjadi umpan balik (Murray et al, 2012). Selain itu, dalam aktivasi ini dihasilkan bradikinin yang mempunyai efek vasodilatasi kuat dari kininogen HMW (Murray et al, 2012)
- Faktor XIa mengaktivasi faktor IX (faktor tromboplastin plasma) (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
- Faktor IXa, faktor VIIIa, fosfolipid trombosit mengaktifkan faktor X (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
- Sama halnya seperti pada jalur ekstrinsik, faktor X, faktor V, dan fosfolipid jaringan akan membentuk aktivator protrombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
Perubahan Protrombin
menjadi Trombin
Protrombin merupakan suatu protein
plasma yang diproduksi di hati (Hall, 2011; Sherwood, 2012), sintesis
protrombin membutuhkan vitamin K (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Scanlon dan
Sanders, 2007). Aktivator protrombin dibantu dengan ion kalsium akan
menyebabkan aktivasi protrombin menjadi trombin (Hall,
2011; Sherwood, 2012; Murray
et al, 2012; Shier, Butler, dan
Lewis, 2009). Aktivasi ini terjadi di permukaan membran (Murray et al, 2012).
Kerja Trombin dalam
Mengubah Fibrinogen menjadi Fibrin.
Trombin yang telah teraktivasi mempunyai
berbagai peran: (1) menstimulasi aktivasi lebih banyak trombin, (2)
Meningkatkan agregasi trombosit, dan (3) merangsang perubahan fibrinogen
menjadi benang-benang fibrin (Sherwood, 2012). Trombin mengubah fibrinogen
menjadi satu molekul fibrin monomer dengan melepaskan empat peptida denga berat
molekul rendah dari setiap molekul fibrinogen (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Molekul fibrin monomer ini
dapat secara otomatis membentuk polimer benang-benang fibrin, namun ikatan
antar polimer ini basi bersifat lemah (Hall, 2011). Kemudian faktor XIIIa atau
faktor stabilisasi fibrin mengubah ikatan polimer tersebut menjadi ikatan
silang yang bersifat lebih kuat (Hall,
2011; Sherwood, 2012; Murray
et al, 2012).
Pembentukan
Jaringan Ikat dan Penghancuran Bekuan Darah
“Setelah bekuan darah terbentuk, dua
proses berikut dapat terjadi: (1) Bekuan dapat diinvasi oleh fibroblas, yang
kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau (2) dapat
juga bekuan itu dihancurkan” (Hall, 2011).
Perbaikan Pembuluh
Setelah terjadi pembekuan,
trombosit berkontraksi sehingga benang-benang fibrin memendek, menyebabkan
pembuluh darah yang ruptur merapat kembali (Scanlon dan Sanders, 2007). Agregat
trombosit juga menyekresi suatu senyawa, yang membantu dalam meningkatkan
invasi fibroblas (Sherwood, 2012), salah satunya adalah platelet-derived growth factor (PDGF), PDGF berfungsi menstimulasi
perbaikan pembuluh darah (Scanlon dan Sanders, 2007). Invasi fibroblas
menyebabkan terbentuknya jaringan ikat di sekitar pembuluh yang rusak, sehingga
menopang perbaikan pembuluh (Hall, 2011; Sherwood,
2012).
Pelarutan Bekuan
Pelarutan bekuan disebut juga
fibrinolisis (Murray et al, 2012; Scanlon
dan Sanders, 2007). Plasminogen merupakan suatu protein plasma proteolitik yang
berfungsi untuk mencerna berbagai faktor
pembekuan darah yang telah terbentuk, seperti benang-benang fibrin, fibrinogen,
faktor V, faktor VIII, protrombin, dan faktor XII (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012;
Shier, Butler, dan Lewis, 2009). Aktivasi plasminogen
melibatkan suatu aktivator kuat yang dilepaskan secara lambat oleh sel
endotel pembuluh darah, aktivator plasminogen jaringan (t-PA) (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Pada jalur intrinsik, aktivasi faktor Hageman memicu kaskade
terbentuknya bekuan dengan cepat (Sherwood, 2012). Saat bekuan terbentuk dengan
cepat, banyak plasmin terperangkap dalam bekuan tersebut, teraktivasi kemudian
mencerna faktor-faktor pembekuan tersebut, sehingga terjadi penghancuran bekuan (Sherwood, 2012)
Daftar Pustaka
Hall, J. E., 2011. Guyton and Hall: Textbook of Medical
Physiology Ed. 12. Philadelphia: Saunders
Elsevier
Murray, R. K., Bender, D.
A., Botham, K. M., Kennely, P. J., Rodwell, V. W., and Weil, P. A., 2012. Biokimia Harper Ed. 29. Translated from
English by L. R. Manurung and L. I. Mandera. Jakarta: EGC
Scanlon, V. C., dan Sanders,
T., 2007. Essentials of Anatomy and
Physiology Ed. 5. Philadephia: F. A. Davis Company
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Ed. 8.
Translated from English by H. O. Ong, A. A. Mahode, and D. Ramadhani.
Jakarta: EGC.
Shier, D., Butler, J., and
Lewis, R., 2009. Hole’s Essentials of
Human Anatomy & Physiology Ed. 11. New York: Mc Graw Hill
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung, tinggalkan komentar yaa