Friday, June 28, 2019

Hemostasis: Mekanisme Tubuh untuk Menghentikan Perdarahan


HEMOSTASIS
Hemostasis adalah mekanisme yang terjadi pada pembuluh darah yang rusak dengan tujuan untuk menghentikan perdarahan sehingga mencegah hilangnya lebih banyak darah (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Pada umumnya hemostasis terjadi melalui beberapa tahapan: (1) kontraksi pembuluh darah, (2) sumbat trombosit, (3) pembentukan jaringan ikat, dan (4) penghancuran bekuan darah (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009)
Sel darah yang paling berperan dalam hemostasis adalah trombosit (platelet) (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Scanlon dan Sanders, 2007). Trombosit tidak seperti sel lainnya karena tidak memiliki inti sel, tetapi masih memiliki organel dan enzim sitosol yang berfungsi untuk memproduksi ATP dan produksi sekretorik, produk sekretorik ini disimpan dalam granula trombosit yang nantinya akan berperan dalam hemostasis (Sherwood, 2012). Trombosit juga memiliki protein kontraktil berupa aktin, miosin, dan trombostenin yang membantu trombosit untuk berkontraksi (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
Kontraksi Pembuluh Darah
Saat pembuluh darah mengalami ruptur, tubuh akan memulai mekanisme kontraksi pembuluh darah (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Kontraksi pembuluh darah yang melibatkan otot polos vaskular akan menyebabkan penyempitan pembuluh atau vasokonstriksi, sehingga aliran darah yang melalui pembuluh berkurang (Hall, 2011; Sherwood 2012; Murray et al, 2012). Kontraksi pembuluh darah disebabkan oleh tiga faktor: (1) Spasme miogenik lokal, (2) faktor autakoid lokal dari sel yang terkena trauma dan trombosit (3) dapat pula disebabkan oleh adanya refleks saraf (Hall, 2011).
Secara umum, vasokonstriksi pada pembuluh kecil dapat terjadi akibat dilepaskannya suatu substansi vasokonstriktor oleh trombosit, yaitu tromboksan A2 (Hall, 2011).  Kemudian, spasme miogenik lokal disebabkan oleh rusaknya dinding pembuluh darah (Hall, 2011; Shier, Butler, dan Lewis, 2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Di sisi lain, sel-sel endotel di tempat cedera juga mengeluarkan parakrin yang nantinya akan menyebabkan vasokonstriksi ini (Hall, 2012). Selain itu, platelet juga melepaskan serotonin yang dapat menyebabkan kontraksi otot polos pada pembuluh darah (Shier, Butler, dan Lewis, 2009; Scanlon dan Sanders, 2007). Sedangkan, beberapa refleks saraf nyeri dan saraf sensorik lainnya dapat juga memicu respons berupa vasokonstriksi (Hall, 2011). Jika pembuluh darah tidak berkontriksi sebelumnya, maka bekuan yang terbentuk akan segera rusak akibat tekanan yang besar dari dalam pembuluh (Scanlon dan Sanders, 2007). Namun, pembuluh kapiler tidak mengalami konstriksi karena tidak memiliki otot polos (Scanlon dan Sanders, 2007). Bagaimana pun juga, konstriksi pembuluh darah tidak dapat sepenuhnya menghentikan pendarahan, sehingga diperlukan mekanisme hemostasis selanjutnya (Sherwood, 2012).
Sumbat Trombosit
            Pada keadaan normal, trombosit tidak melekat pada sel endotel pembuluh darah dikarenakan sifat endotel yang licin (Hall, 2011; Sherwood, 2012) dan adanya lapisan glikoprotein pada trombosit yang mencegah melekatnya sel ini pada endotel (Hall, 2011).
            Mekanisme sumbat trombosit terdiri dari tiga tahap: (1) Adhesi, (2) aktivasi, dan (3) agregasi (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Mekanisme ini diawali oleh adanya kerusakan pada sel endotel atau pembuluh darah, sehingga kolagen terpajan, sejenis protein plasma yang disebut faktor von Willebrand akan melekat ke kolagen yang terpajan tersebut (Sherwood, 2012). Faktor von Willebrand merupakan protein plasma yang selalu ada di aliran darah, protein ini disekresi oleh megakariosit, trombosit, dan sel endotel (Sherwood, 2012). Trombosit yang melintasi pembuluh akan melekat pada faktor von Willebrand dikarenakan trombosit memiliki reseptor yang komplementer dengan protein ini, proses ini dinamakan adhesi (Sherwood, 2012; Murray et al, 2012).
            Trombosit yang telah melekat pada kolagen segera teraktivasi (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Trombosit yang belum teraktivasi pada awalnya berbentuk cakram sferis (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Scanlon dan Sanders, 2007), namun setelah  teraktivasi trombosit membesar, berbentuk tidak beraturan dengan tonjolan-tonjolan di permukaannya (tonjolan ini juga memudahkan perlekatan trombosit pada kolagen atau sesama trombosit) akibat kontraksi protein kontraktil aktin begitu juga pelepasan granula trombosit yang berisi berbagai faktor aktif, pelepasan granula juga distimulasi oleh trombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Scanlon dan Sanders, 2007). Salah satu jenis senyawa yang terdapat dalam granula trombosit adalah adenosin difosfat (ADP), ADP membuat permukaan trombosit di sekitarnya menjadi lebih lekat, sehingga memicu melekatnya trombosit lain dari aliran darah pada trombosit lain yang telah aktif, peristiwa ini disebut agregasi (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Trombosit yang baru beragregasi kemudian teraktivasi kemudian menyekresi lebih banyak ADP sehingga mekanisme ini terus berlangsung melalui mekanisme umpan balik positif sampai terbentuknya sumbat  trombosit (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Sumbat trombosit ini bersifat sementara dan longgar (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Sumbat platelet efektif untuk menutup ruptur pada pembuluh darah kecil, yaitu kapiler, akan tetapi pada pembuluh yang lebih besar seperti arteri dan vena, sumbat platelet akan segera rusak oleh tekanan jika tidak diperkuat oleh adanya bekuan darah (Scanlon dan Sanders, 2007). ADP juga menstimulasi pembentukan parakrin yang mirip prostaglandin dari membran plasma trombosit, tromboksan A2 (Sherwood, 2012). Senyawa ini merangsang agregasi juga menstimulasi kembali pembentukan ADP pada granula trombosit (Sherwood, 2012).
            Selain menstimulasi pembentukan tromboksan A2, ADP juga merangsang sekresi prostasiklin dan nitrat oksida dari sel endotel sekitar yang normal (Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Prostasiklin dan nitrat oksida ini bersifat mencegah adhesi ataupun agregasi pada sel endotel normal, sehingga sumbat platelet tidak menyebar (Sherwood, 2012).
Pembekuan Darah
            Pembekuan darah merupakan perubahan darah dari cair menjadi gel padat untuk menopang dan memperkuat sumbat trombosit (Sherwood, 2012). Pada umumnya pembekuan terjadi melalui tiga tahapan: (1) pembentukan aktivator protrombin melalui jalur intrinsik maupun ekstrinsik, (2) aktivasi protrombin oleh trombin, (3) perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin berikatan silang (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012)
Pembentukan Aktivator Protrombin
Aktivator protrombin disebut juga protombinase, karena merupakan enzim yang substratnya adalah protrombin (Scanlon dan Sanders, 2007). Pembentukan aktivator protrombin dapat terjadi melalui dua jalur yang pada kenyataannya dapat berinteraksi satu-sama lain, yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Jalur ektrinsik teraktivasi saat terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan,oleh sebab itu mekaninsme ekstrinsik ini membekukan darah yang keluar dari jaringan sebelum pembuluh darah yang ruptur tertambal (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Sedangkan jalur intrinsik teraktivasi jika terjadi trauma pada darah, salah satunya adalah kontaknya darah dengan sel endotel yang rusak dan kolagen dari jaringan di luarnya, mekanisme ini mengehentikan perdarahan di dalam pembuluh yang cedera (Hall, 2011; Sherwood, 2012)
Jalur Ekstrinsik
  1. Begitu pembuluh darah mengalami cedera atau ruptur, jaringan yang cedera akan mengeluarkan tromboplastin atau yang biasa disebut faktor jaringan (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009). Faktor jaringan ini terdiri dari fosfolipid dan lipoprotein sebagai enzim proteolitik (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
  1. Faktor jaringan mengaktivasi faktor VII kemudian bersama-sama faktor VIIa dan ion kalsium kemudian mengaktivasi faktor X (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Faktor jaringan berfungsi sebagai kofaktor bagi faktor VIIa untuk meningkatkan aktivitas enzimatiknya (Murray et al, 2012).
  1. Faktor Xa, faktor Va, dan faktor jaringan dan ion kalsium bersama-sama membentuk aktivator protrombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012). Faktor Xa berfungsi sebagai enzim protease yang dapat memecah protrombin menjadi trombin, faktor Va mempercepat reaksi ini, dan fosfolipif pada aktivator protrombin berfungsi sebagai pengangkut (Hall, 2011).
Jalur Intrinsik untuk Memulai Pembekuan
  1. Trauma pada darah atau terkontaknya darah pada kolagen dari jaringan sekitarnya menyebabkan teraktivasinya faktor XII dan dilepaskannya fosfolipid trombosit (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Aktivasi ini melibatkan proteolisi faktor XII oleh kalikrein (Murray et al, 2012)
  1. Faktor XIIa mengaktivasi faktor XI dengan bantuan kininogen HMW dan dipercepat oleh prekalikrein (Hall, 2011; Sherwood, 2012). Kalikrein pada tahap pertama menyerang prakalikrein untuk menghasilkan kalikrein lain sehingga terjadi umpan balik (Murray et al, 2012). Selain itu, dalam aktivasi ini dihasilkan bradikinin yang mempunyai efek vasodilatasi kuat dari kininogen HMW (Murray et al, 2012)
  1. Faktor XIa mengaktivasi faktor IX (faktor tromboplastin plasma) (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
  1. Faktor IXa, faktor VIIIa, fosfolipid trombosit mengaktifkan faktor X (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
  1. Sama halnya seperti pada jalur ekstrinsik, faktor X, faktor V, dan fosfolipid jaringan akan membentuk aktivator protrombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012).
Perubahan Protrombin menjadi Trombin
Protrombin merupakan suatu protein plasma yang diproduksi di hati (Hall, 2011; Sherwood, 2012), sintesis protrombin membutuhkan vitamin K (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Scanlon dan Sanders, 2007). Aktivator protrombin dibantu dengan ion kalsium akan menyebabkan aktivasi protrombin menjadi trombin (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009). Aktivasi ini terjadi di permukaan membran (Murray et al, 2012).
Kerja Trombin dalam Mengubah Fibrinogen menjadi Fibrin.
Trombin yang telah teraktivasi mempunyai berbagai peran: (1) menstimulasi aktivasi lebih banyak trombin, (2) Meningkatkan agregasi trombosit, dan (3) merangsang perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin (Sherwood, 2012). Trombin mengubah fibrinogen menjadi satu molekul fibrin monomer dengan melepaskan empat peptida denga berat molekul rendah dari setiap molekul fibrinogen (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Molekul fibrin monomer ini dapat secara otomatis membentuk polimer benang-benang fibrin, namun ikatan antar polimer ini basi bersifat lemah (Hall, 2011). Kemudian faktor XIIIa atau faktor stabilisasi fibrin mengubah ikatan polimer tersebut menjadi ikatan silang yang bersifat lebih kuat (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012).
Pembentukan Jaringan Ikat dan Penghancuran Bekuan Darah
“Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat terjadi: (1) Bekuan dapat diinvasi oleh fibroblas, yang kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan tersebut, atau (2) dapat juga bekuan itu dihancurkan” (Hall, 2011).
Perbaikan Pembuluh 
Setelah terjadi pembekuan, trombosit berkontraksi sehingga benang-benang fibrin memendek, menyebabkan pembuluh darah yang ruptur merapat kembali (Scanlon dan Sanders, 2007). Agregat trombosit juga menyekresi suatu senyawa, yang membantu dalam meningkatkan invasi fibroblas (Sherwood, 2012), salah satunya adalah platelet-derived growth factor (PDGF), PDGF berfungsi menstimulasi perbaikan pembuluh darah (Scanlon dan Sanders, 2007). Invasi fibroblas menyebabkan terbentuknya jaringan ikat di sekitar pembuluh yang rusak, sehingga menopang perbaikan pembuluh (Hall, 2011; Sherwood, 2012). 
Pelarutan Bekuan
Pelarutan bekuan disebut juga fibrinolisis (Murray et al, 2012; Scanlon dan Sanders, 2007). Plasminogen merupakan suatu protein plasma proteolitik yang berfungsi untuk mencerna  berbagai faktor pembekuan darah yang telah terbentuk, seperti benang-benang fibrin, fibrinogen, faktor V, faktor VIII, protrombin, dan faktor XII (Hall, 2011; Sherwood, 2012; Murray et al, 2012; Shier, Butler, dan Lewis, 2009). Aktivasi plasminogen  melibatkan suatu aktivator kuat yang dilepaskan secara lambat oleh sel endotel pembuluh darah, aktivator plasminogen jaringan (t-PA) (Hall, 2011; Murray et al, 2012). Pada jalur intrinsik, aktivasi faktor Hageman memicu kaskade terbentuknya bekuan dengan cepat (Sherwood, 2012). Saat bekuan terbentuk dengan cepat, banyak plasmin terperangkap dalam bekuan tersebut, teraktivasi kemudian mencerna faktor-faktor pembekuan tersebut, sehingga terjadi penghancuran bekuan (Sherwood, 2012)

Daftar Pustaka


Hall, J. E., 2011. Guyton and Hall: Textbook of Medical Physiology Ed. 12. Philadelphia:     Saunders Elsevier
Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennely, P. J., Rodwell, V. W., and Weil, P. A., 2012. Biokimia Harper Ed. 29. Translated from English by L. R. Manurung and L. I. Mandera. Jakarta: EGC
Scanlon, V. C., dan Sanders, T., 2007. Essentials of Anatomy and Physiology Ed. 5. Philadephia: F. A. Davis Company
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Ed. 8. Translated from English by H. O. Ong, A. A. Mahode, and D. Ramadhani. Jakarta: EGC.
Shier, D., Butler, J., and Lewis, R., 2009. Hole’s Essentials of Human Anatomy & Physiology Ed. 11. New York: Mc Graw Hill


No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkunjung, tinggalkan komentar yaa